Bogor, gemasulawesi - Kisah tragis yang menimpa pasangan suami istri lanjut usia, Hans D. C. Tomasoa dan Rita Tomasoa-Wattimena, di Bogor, telah menarik perhatian publik setempat.
Kedua lansia ini ditemukan dalam kondisi yang memprihatinkan, tanpa kehadiran anak-anak mereka yang seharusnya menjadi penopang dan penghormatan terakhir mereka.
Bahkan sampai acara pemakaman berlangsung, anak-anak kedua lansia di Bogor ini tak juga datang.
Sehingga seluruh proses visum, peti jenazah hingga pemakaman kedua lansia ini ditanggung sepenuhnya oleh jemaat GPIB Cipeucang.
Pemakaman Hans dan Rita dilakukan dengan perhatian dan penghormatan yang layak pada Sabtu, 13 Juli 2024.
Acara pemakaman dipimpin oleh Pdt. (Em.) J. M. Tambunan, sebagai bentuk penghormatan terakhir dari jemaat dan komunitas sekitar.
Kronologi penemuan jenazah kedua lansia ini bermula dari kekhawatiran tetangga dan jemaat gereja setempat.
Pada Jumat malam dan Sabtu pagi, Ketua RT setempat mencoba menghubungi anak-anak almarhum, namun tidak mendapat tanggapan.
Pintu rumah mereka tertutup rapat, dan Hans, yang biasanya aktif di komunitas gereja, tidak terlihat keluar rumah dalam beberapa waktu. Kondisi ini memicu kecurigaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Pintu rumah pasangan ini tertutup rapat, dan kekhawatiran semakin bertambah ketika Opa Hans, yang biasanya aktif di komunitas gereja, tidak terlihat keluar rumah. Ketidakpastian semakin terasa saat upaya untuk menghubungi mereka terus gagal.
Pada Sabtu pagi, 13 Juli 2024, anggota SP3 (Sungguh Pelayan Tuhan) datang ke rumah pasutri tersebut dengan maksud mengajak mereka untuk menghadiri perjamuan kudus dan membersihkan rumah menjelang acara keluarga yang dijadwalkan.
Namun, usaha tersebut tidak membuahkan hasil karena tidak ada jawaban dari dalam rumah, meskipun pintu telah diketuk berkali-kali.
Dengan bantuan RT/RW setempat, mereka akhirnya memutuskan untuk membongkar pintu rumah setelah mencium bau yang tidak sedap dari dalam.
Ketika pintu dibuka, ditemukanlah Hans dan Rita telah meninggal dunia di dalam kamar.
Tim visum yang tiba di tempat menentukan bahwa keduanya meninggal sekitar 4-5 hari sebelumnya, pada Selasa atau Rabu, 9 atau 10 Juli 2024.
Rita, yang menderita strok, diduga meninggal lebih dulu, diikuti oleh Hans.
Masyarakat sekitar, terutama jemaat GPIB Cipeucang di mana pasangan ini aktif beribadah, langsung memberikan dukungan dan perhatian.
Mereka secara rutin mengunjungi Hans dan Rita, mengadakan perjamuan kudus di rumah mereka, serta membantu membersihkan rumah.
Setelah kasus ini viral, belakangan diketahui jika satu dari tiga anak almarhum berziarah ke makam dan menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu kedua orang tuanya. (*/Shofia)