Bali, gemasulawesi - Seorang pria mengalami pengalaman tidak menyenangkan saat mengisi bahan bakar jenis Pertamax di sebuah SPBU di kawasan Sanglah, Denpasar, Bali.
Pria tersebut, yang mengisi bensin setiap hari senilai Rp100 ribu, merasa kecewa dan marah karena dikenai biaya tambahan sebesar Rp5 ribu.
Kejadian ini memicu kemarahan pria tersebut, bukan karena masalah uang, tetapi lebih pada prinsip kejujuran.
Dalam unggahannya, pria ini menceritakan bahwa ada hari-hari di mana ia tidak dikenai biaya tambahan, namun ada juga hari-hari di mana biaya Rp5 ribu tersebut dipungut, tergantung siapa petugas yang melayani.
Baca Juga:
Gantikan Yakobus Manu, Zainal Ahmad Resmi Menjabat Ketua Pengadilan Negeri Parigi Moutong
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan dan kecurigaan terhadap kejujuran praktik pelayanan di SPBU tersebut.
Ketika pria ini mempertanyakan keabsahan biaya tambahan tersebut dan meminta bukti aturan tertulis yang mendasarinya, petugas SPBU tidak dapat menunjukkan dokumen apapun.
Ia pun menambahkan bahwa jika memang ada aturan tertulis yang mengatur tentang biaya tambahan, ia bersedia membayar biaya tambahan yang diminta.
"Peraturannya mana? Ada peraturan tertulis? Kalau saya dikasih lihat, saya bayar 5 ribu. Itu saya beli Pertamax, bukan Pertalite," ungkapnya, dikutip pada Selasa, 13 Agustus 2024.
Jawaban yang diberikan oleh oknum pegawai tersebut pun terkesan tidak profesional, mengatakan bahwa "dimana-mana begitu" sebagai alasan.
Bahkan, pria tersebut mendapat respon sinis dari petugas yang menyatakan bahwa "beli 100 ribu aja berisik", seolah-olah jumlah uang yang dibelanjakan tidak berarti.
Pria itu menegaskan bahwa baginya, masalah ini bukan tentang nominal uang, melainkan tentang kejujuran dalam pelayanan dan dugaan pungli yang tak bisa dibiarkan.
Ia menyatakan bahwa Rp100 ribu yang ia keluarkan setiap hari untuk membeli Pertamax adalah uang yang diperolehnya dengan usaha, bukan meminta atau menggunakan subsidi BBM.
Namun, ketiadaan aturan yang jelas dan sikap petugas yang meremehkan konsumen inilah yang membuatnya kecewa.
Ia juga menyinggung bahwa Rp100 ribu yang ia belanjakan setiap hari dapat berarti besar jika diakumulasikan, bahkan bisa digunakan untuk menggaji pegawai selama satu bulan.
Unggahan ini menjadi viral di media sosial, dengan banyak netizen yang mendukung pria tersebut dan mengkritik praktik tidak transparan di SPBU tersebut.
"Ini baru satu ya yang komplain, entah ada berapa customer lain yang diginiin tapi diam saja. Good job, Pak. Rekam dan viralkan biar tidak kebiasaan. Ditunggu part 2-nya," komentar akun @alb***.
Masyarakat berharap bahwa pihak terkait dapat melakukan investigasi terhadap kejadian ini dan memastikan bahwa konsumen diperlakukan dengan adil dan jujur.
Transparansi dalam penetapan harga dan biaya tambahan sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik dan mencegah terjadinya praktik-praktik yang merugikan konsumen. (*/Shofia)