Deli Serdang, gemasulawesi - Konflik antar kelompok remaja yang sering kali berujung pada tawuran telah menjadi momok yang meresahkan bagi banyak daerah, terutama di kawasan padat penduduk.
Salah satu wilayah yang terus-menerus dihantui oleh permasalahan ini adalah Dusun XI, Desa Sei Rotan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
Suasana di desa ini kembali memanas akibat pecahnya tawuran antar dua kelompok remaja, yang memaksa warga setempat untuk berjaga.
Ketenangan di desa itu pun berubah menjadi kekacauan setelah terdengar pengumuman darurat melalui pengeras suara atau toa masjid.
Suara yang berkumandang itu menyerukan agar seluruh warga Dusun XI segera keluar dari rumah mereka untuk mencegah terjadinya tawuran.
"Kepada seluruh warga Dusun XI dan sekitarnya, segera keluar rumah untuk menghentikan tawuran remaja," demikian teriakan salah seorang warga yang disampaikan lewat toa masjid, dikutip pada Senin, 26 Agustus 2024.
Tidak hanya itu, pengumuman tersebut juga mengajak warga untuk menangkap para remaja yang terlibat dalam keributan.
"Mari kita keluar dan tangkap anak-anak yang terlibat tawuran ini," lanjut seruan dari pengeras suara tersebut.
Suara pengumuman itu membangunkan warga yang sedang tertidur, membuat mereka bergegas keluar rumah dengan rasa khawatir dan waspada.
Santi, seorang ibu rumah tangga berusia 38 tahun yang tinggal di Dusun XI, mengungkapkan bahwa tawuran di Desa Sei Rotan sudah menjadi masalah yang berulang.
Menurutnya, hampir setiap akhir pekan, konflik antar kelompok remaja ini terjadi, membuat warga semakin resah.
"Tawuran antar remaja di desa kami ini sudah sering terjadi. Meskipun kami sudah melapor ke pihak kepolisian, tetap saja tawuran terus berulang di sini," ujar Santi.
Dia juga menggambarkan betapa berbahayanya situasi yang dihadapi oleh warga setempat setiap kali tawuran terjadi.
Para remaja yang terlibat tidak hanya berkelahi satu sama lain, tetapi juga mengganggu ketertiban lingkungan dengan menggeber-geber sepeda motor dan melempari rumah-rumah warga.
"Mereka sering menggeber sepeda motor dengan kencang, melempari rumah warga, dan terkadang warga yang tidak bersalah pun menjadi korban penganiayaan," tambah Santi.
Menurutnya, remaja yang terlibat dalam tawuran tersebut bukanlah penduduk asli Desa Sei Rotan, melainkan orang luar yang datang dan membuat keributan di kampung mereka.
"Mereka bukan warga sini, tapi datang bikin keributan di kampung kami. Ketika warga ramai-ramai keluar rumah, mereka kabur. Tapi setelah kami kembali ke rumah, mereka tawuran lagi," jelas Santi dengan nada kesal.
Warga Dusun XI berharap pihak kepolisian, khususnya Polsek Medan Tembung, Polrestabes Medan, dan Polda Sumatera Utara, dapat mengambil tindakan tegas untuk mengakhiri masalah ini.
Para warga juga mendesak agar pihak berwenang segera turun tangan untuk mengembalikan ketenangan di kampung mereka dan memberikan rasa aman yang selama ini diharapkan.
Tawuran yang terjadi di Desa Sei Rotan bukanlah sekadar masalah kecil, melainkan ancaman serius terhadap keamanan dan kenyamanan masyarakat. (*/Shofia)