Samarinda, gemasulawesi - Banjir yang melanda Kota Samarinda, Kalimantan Timur, semakin mengkhawatirkan.
Dari data terbaru yang didapat, ketinggian air mencapai 1,7 meter, hampir menenggelamkan rumah warga. Situasi ini menyebabkan jumlah korban terdampak meningkat drastis.
Dari sebelumnya 2.677 jiwa, kini mencapai 4.414 jiwa yang tersebar di tiga kelurahan, yaitu Sempaja Timur, Gunung Lingai, dan Temindung Permai.
Kondisi banjir terus memburuk seiring dengan tingginya curah hujan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Samarinda, Suwarso, menyatakan bahwa debit air terus meningkat dan menyebabkan area terdampak semakin luas.
"Dari hasil pemantauan yang ada di lapangan, terjadi peningkatan debit air hari ini. Dapur umum yang tadinya masih aman kini sudah terendam di beberapa titik. Akibatnya, jumlah warga yang terdampak pun terus bertambah," ujarnya pada Kamis, 30 Januari 2025.
Selain tingginya curah hujan, faktor lain yang memperparah situasi adalah air pasang yang menghambat aliran air keluar ke sungai.
Akibatnya, genangan banjir semakin sulit surut. Berdasarkan data BPBD Kota Samarinda, jumlah keluarga terdampak meningkat dari 833 keluarga menjadi 1.235 keluarga dalam waktu singkat.
Melihat kondisi yang semakin darurat, BPBD Kota Samarinda, dibantu TNI-Polri serta relawan, menerjunkan 16 unit perahu karet ke lokasi banjir untuk mempercepat evakuasi warga.
"Total ada 16 unit perahu karet yang dikerahkan, terdiri dari bantuan BPBD kota, provinsi, Damkar, serta relawan," jelas Suwarso.
Sebagian besar warga memilih mengungsi ke rumah keluarga dan kerabatnya masing-masing tanpa melapor ke posko banjir.
Namun, banyak juga yang terpaksa bertahan di rumah mereka karena keterbatasan tempat pengungsian dan belum adanya bantuan yang cukup.
Pemerintah Kota Samarinda terus mengupayakan solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah banjir yang kerap melanda kota ini. Salah satu proyek yang tengah dikerjakan adalah pembangunan pintu air yang ditargetkan rampung pada 2025.
Wali Kota Samarinda, Andi Harun, menyatakan bahwa normalisasi aliran Sungai Karang Mumus (SKM) juga menjadi prioritas utama.
"Kami sedang serius membenahi aliran SKM karena sungai ini sangat vital bagi masyarakat. Jika tidak segera ditangani, banjir akan terus terjadi setiap tahun," jelasnya.
Selain itu, Pemkot Samarinda bekerja sama dengan Pemprov Kalimantan Timur merancang pembangunan kolam retensi di kawasan Damanhuri.
Kolam ini akan berfungsi menampung air hujan sebelum dialirkan ke sungai agar tidak langsung menyebabkan banjir.
Penjabat Gubernur Kalimantan Timur, Akmal Malik, menegaskan bahwa lahan seluas 12 hektare telah disiapkan untuk proyek ini.
Ia juga mengatakan bahwa pihaknya sudah sepakat dengan Walikota, akan dibangun juga kolam retensi di kawasan Damanhuri untuk memastikan agar debit air bisa dikendalikan dengan baik.
Saat ini, warga diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang. Mengingat curah hujan yang masih tinggi dalam beberapa hari ke depan, potensi banjir susulan masih sangat mungkin terjadi. (*/Shofia)