Surakarta, gemasulawesi - Baru-baru ini suasana di SMKN 2 Surakarta berubah tegang. Ratusan siswa berkumpul di halaman sekolah, membawa spanduk bertuliskan protes terhadap pihak sekolah.
Mereka menuntut penjelasan atas kegagalan pendaftaran Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) yang seharusnya menjadi jalur masuk perguruan tinggi bagi mereka.
Tak hanya siswa, orang tua dan wali murid turut bergabung dalam aksi ini.
Mereka merasa kecewa karena kelalaian dalam proses finalisasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) berpotensi membuat seluruh siswa kehilangan kesempatan mengikuti SNBP.
Protes ini semakin panas dengan munculnya berbagai tudingan bahwa pihak sekolah tidak serius dalam mengurus administrasi penting tersebut.
Penyebab utama kekacauan ini adalah finalisasi PDSS yang tidak terselesaikan tepat waktu.
PDSS merupakan sistem yang mencatat rekam jejak akademik siswa dan harus diselesaikan oleh sekolah sebelum batas waktu yang ditentukan.
Sayangnya, hingga pendaftaran SNBP ditutup, data para siswa SMKN 2 Surakarta belum juga tuntas dimasukkan.
Baca Juga:
Penjajah Israel Menerobos Masuk ke Masjid Al Aqsa di Yerusalem di bawah Perlindungan Polisi
Salah satu wali murid, Nayla, mengungkapkan kekesalannya terhadap pihak sekolah. Ia merasa heran mengapa proses yang seharusnya sudah selesai justru terbengkalai.
"Dari tanggal 6 sampai 31 Januari itu waktu untuk registrasi. Tapi sekolah malah bilang kalau anak-anaknya yang belum registrasi. Padahal kalau itu belum didaftarkan, bagaimana bisa mereka daftar SNBP?" ujar Nayla.
Ia juga menyebutkan bahwa sebenarnya sudah ada perpanjangan waktu hingga 30 Januari, namun tetap saja data tidak berhasil diinput.
“Katanya karena masalah jaringan, tapi sekolah lain bisa kok. Sekarang akibatnya semua murid di sini kehilangan kesempatan ikut SNBP," tambahnya.
Baca Juga:
Tim Penyelamat Palestina Temukan Jenazah 20 Warga Palestina yang Terbunuh di Jalur Gaza Utara
Bagi siswa kelas 12, SNBP adalah jalur emas untuk masuk ke perguruan tinggi tanpa tes.
Jika mereka kehilangan kesempatan ini, maka satu-satunya jalan yang tersisa adalah mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT), yang persaingannya jauh lebih ketat.
Salah satu siswa yang ikut berdemo, Daffa, mengungkapkan kekecewaannya. “Kami sudah belajar mati-matian agar nilai bagus supaya bisa daftar SNBP. Tapi gara-gara sekolah lalai, kami malah gagal ikut. Ini benar-benar tidak adil!" katanya.
Hingga aksi demo berlangsung, pihak sekolah belum memberikan pernyataan resmi terkait insiden ini.
Para siswa dan orang tua berharap ada solusi agar mereka tetap bisa ikut SNBP. Namun, mengingat pendaftaran telah ditutup, harapan itu semakin tipis.
Kasus ini menjadi pelajaran bagi semua sekolah untuk lebih serius dalam menangani administrasi penting yang menyangkut masa depan siswa.
Jika tidak, kejadian serupa bisa kembali terulang dan merugikan lebih banyak siswa di masa mendatang. (*/Shofia)