Internasional, gemasulawesi – Pasukan penjajah Israel menyerang kru ambulans selama penggerebekan pada tanggal 7 Februari 2025 di kota Beita, selatan Nablus, Tepi Barat, yang menyebabkan cedera dan juga kerusakan properti.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan pasukan penjajah Israel menargetkan tim medis ketika tim medis tersebut sedang menanggapi kebutuhan penduduk setempat di Beita.
Seorang paramedis terluka selama serangan tersebut dan tentara penjajah Israel menembakkan granat kejut langsung ke ambulans yang menyebabkan kerusakan yang signifikan pada kendaraan itu.
Dalam insiden yang terpisah, patroli militer penjajah Israel sengaja menabrak mobil warga sipil Palestina selama penyerbuan yang sama di Beita.
Tidak ada korban luka yang dilaporkan.
Di sisi lain, kantor media pemerintah Gaza telah mengeluarkan pernyataan yang menyatakan penjajah Israel melanggar ketentuan gencatan senjata dengan tidak mengizinkan jumlah minimum bantuan yang disepakati untuk memasuki Jalur Gaza.
Kesepakatan itu memungkinkan lewatnya 600 truk bantuan setiap hari, minimal, termasuk 50 truk bahan bakar dan 60.000 unit bergerak dan 200.000 tenda, generator listrik dan suku cadangnya, panel surya, dan baterai.
“Jumlah bantuan yang masuk ke Jalur Gaza masih jauh dari jumlah minimum yang diperlukan,” ucap pernyataan tersebut, karena 8.500 truk telah memasuki Jalur Gaza sejak perjanjian itu mulai berlaku 20 hari lalu, bukan 12.000 seperti yang dibutuhkan.
Selain itu, 2.916 truk telah mencapai Jalur Gaza utara, bukan 6.000 truk.
Bantuan yang masuk sebagian besar berupa makanan sementara bantuan untuk tempat tinggal tidak mencapai 10 persen dari jumlah yang disepakati.
Demikian pula, 15 truk bahan bakar memasuki Jalur Gaza, bukan 50.
Selain itu, pejabat tinggi WHO di Jalur Gaza, Rik Peeperkorn, mengatakan jumlah pasien yang diizinkan untuk meninggalkan Jalur Gaza masih belum mencukupi karena ribuan orang memerlukan perawatan medis yang menyelamatkan nyawa.
Baca Juga:
Penjajah Israel Ekstremis Mendirikan Pos Kolonial Baru di Lembah Yordan Utara
“Harus ada lebih banyak pasien yang melewati Rafah ke Mesir tetapi kami juga menginginkan koridor medis lainnya,” ujarnya. (*/Mey)