Nasional, gemasulawesi - Kasus pengeroyokan bos rental mobil di Sukolilo hingga tewas telah menimbulkan dampak yang sangat serius bagi masyarakat lokal, mengakibatkan diskriminasi yang meluas serta tindakan kolektif yang kontroversial.
Peristiwa ini tidak hanya mempengaruhi klub sepakbola setempat, tetapi juga mengubah kehidupan sehari-hari penduduk Pati dalam berbagai aspek.
Bebarapa dampak yang dialami warga Pati dari kasus tersebut, terungkap dalam postingan di media sosial X yang dibagikan oleh akun @xopch.
Menurutnya, salah satu dampak paling mencolok adalah kesulitan klub sepakbola Pati dalam mencari sponsor setelah peristiwa Sukolilo terjadi.
“Dampak dari kasus Sukolilo ini ga main-main. Klub sepakbola Pati kesulitan cari sponsor,” jelasnya.
Citra negatif yang melekat pada nama Pati membuat banyak sponsor enggan untuk terlibat dengan klub-klub dari daerah tersebut, takut akan reputasi mereka yang dapat tercemar di mata publik.
Hal ini berdampak langsung pada pembiayaan klub dan keberlanjutan kegiatan olahraga di Pati.
Dalam sebuah postingan di akun Facebook Galeri Sepak Bola Indonesia Online - GSIO, disebutkan bahwa General Manajer (GM) Persipa Pati, Dian Dwi Budianto, juga mengakui bahwa klub mengalami kesulitan dalam mencari sponsor untuk mengikuti Liga 2 musim depan.
Budianto menyatakan bahwa hal ini berpotensi memberikan dampak ekonomi dan sosial yang signifikan.
“Benar, Persipa Pati mengalami kesulitan dalam mendapatkan sponsor. Situasi ini berdampak pada aspek ekonomi dan sosial, termasuk para pedagang dan penjual online di sekitar klub,” ungkap Dian Dwi Budianto.
Namun, dampak yang lebih luas dan lebih meresahkan adalah praktik diskriminatif terhadap penduduk Pati dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak perusahaan, tanpa secara terbuka mengumumkan kebijakan tersebut, mulai menerapkan penolakan terhadap pelamar kerja yang berasal dari Pati.
Ini merupakan bentuk diskriminasi yang sangat mengganggu dan tidak adil, karena menafikan hak individu untuk dinilai berdasarkan kualifikasi dan kompetensi mereka.
Selain itu, penduduk Pati juga menghadapi masalah baru dalam mobilitas mereka.
Beberapa perusahaan rental mobil telah memutuskan untuk tidak lagi menyewakan mobil kepada orang-orang yang menggunakan KTP Pati.
Larangan ini jelas merupakan bentuk hukuman kolektif yang tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga membatasi kebebasan individu untuk bergerak.
Berbagai kasus yang kini terjadi di Pati juga didukung dan dibenarkan oleh pengguna lain di media sosial.
“Sebenarnya dari dulu daerah situ kan sudah terkenal karena hal-hal itu kan. Tapi berhubung viral kemarin, plus ada selebgram sana ikut-ikutan ngomong kasih paham, ya sudah akhirnya semua orang tahu sekarang. Efeknya ya menyusahkan mereka semua, tapi baguslah biar jadi hukum karma mereka,” ungkap akun Twitter @yesmar_banu.
Penting untuk dicatat bahwa tindakan-tindakan ini tidak dapat dibenarkan sebagai bentuk hukuman kolektif.
Hukuman kolektif, yang diterapkan pada individu atau kelompok tanpa mempertimbangkan keterlibatan individu dalam perbuatan yang menjadi dasar hukuman tersebut, bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum dan keadilan.
Meskipun demikian, ada argumen yang muncul dari masyarakat bahwa kekhawatiran mereka setelah peristiwa Sukolilo tidaklah tanpa dasar.
Rekaman dan cerita-cerita yang beredar mungkin telah mempengaruhi opini publik secara signifikan, menciptakan ketakutan akan kejadian serupa di masa depan.
Intervensi dari Polda dalam penanganan kasus ini menunjukkan tingkat seriusnya dampak sosial dan politik yang dihasilkan oleh kasus Sukolilo.
Upaya untuk memastikan keadilan dan menyelesaikan kasus dengan cepat mungkin dimotivasi oleh keinginan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan, meskipun hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang kesetaraan dalam penanganan kasus kriminal di berbagai tempat. (*/Shofia)