Nasional, gemasulawesi - Pegi Setiawan mengungkapkan pengalaman traumatis yang dialaminya selama ditahan di Markas Kepolisian Daerah Jawa Barat.
Kisah Pegi Setiawan menggugah kesadaran akan perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap perlakuan terhadap tahanan di dalam lembaga penegak hukum.
Pegi Setiawan menceritakan bahwa salah satu insiden yang paling mengganggu adalah saat ia dipukul di bagian mata oleh seorang penyidik.
Pemukulan ini dilakukan sebelum Pegi mendapatkan pendampingan hukum, dan bekas pukulan tersebut jelas terlihat di wajahnya.
"Saya pernah dipukul di bagian mata. (Pemukul) itu salah satu penguasa gedung (tahanan) itu. Yang di penyidik, ibaratnya penguasa, polisi," ungkap Pegi, menjelaskan perasaannya terhadap tindakan yang dilakukan oleh oknum yang seharusnya menjaga keamanan dan ketertiban.
Kejadian lain yang dialami Pegi adalah ketika ia dibekap dengan kantong plastik oleh penyidik setelah ibunya dan kuasa hukumnya datang untuk menemuinya.
"Sempat ada penyidik masukin kresek ke muka saya. Enggak lama, cuma saya enggak bisa napas. Saya berontak, mereka buka lagi," tambahnya.
Perlakuan seperti ini tidak hanya mengancam fisik Pegi tetapi juga menimbulkan tekanan psikologis yang berat.
Tidak hanya itu, Pegi juga mengungkapkan bahwa ia sering mendapat ancaman dan tuduhan yang tidak adil di dalam tahanan.
Ia dituduh sebagai pembunuh dan diserang dengan kata-kata kasar oleh oknum-oknum tertentu.
Meskipun mengalami perlakuan yang tidak manusiawi ini, Pegi memilih untuk tidak memberikan respons apapun karena ia yakin akan ketidakbersalahannya.
"Mereka bilang bahwa saya pembunuh, mereka bilang saya nggak punya hati nurani," ujarnya, menggambarkan kesulitannya dalam menjalani proses penahanan yang penuh tekanan.
Baca Juga:
Kasus Korupsi, Mantan Rektor Universitas Tadulako Palu Divonis 1 Tahun Penjara
Pengakuan Pegi Setiawan ini menjadi sorotan utama dalam diskusi tentang perlindungan hak asasi manusia di Indonesia, terutama dalam konteks penegakan hukum.
Perlakuan yang tidak manusiawi terhadap tahanan tidak hanya melanggar hukum tetapi juga merusak citra lembaga penegak hukum di mata masyarakat.
Kasus seperti ini membutuhkan respons yang tegas dan transparan dari pihak berwenang untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelanggaran terhadap hak asasi manusia di dalam lembaga penegak hukum.
Pihak kepolisian diharapkan untuk mengambil langkah serius dalam menanggapi laporan ini dengan melakukan investigasi menyeluruh terhadap dugaan kekerasan yang dilaporkan oleh Pegi Setiawan.
Langkah ini tidak hanya untuk memberikan keadilan kepada Pegi tetapi juga untuk membangun kembali kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian. (*/Shofia