Hukum, gemasulawesi - Dittipidnarkoba Bareskrim Polri baru-baru ini mengungkap kasus besar tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang melibatkan Hendra Sabarudin alias HS, seorang bandar narkoba yang sudah dikenal sejak lama.
Kasus ini bermula dari peredaran gelap narkoba yang dilakukan Hendra bersama jaringan Malaysia-Indonesia.
Kabareskrim Polri, Komjen Pol Wahyu Widada, menjelaskan bahwa pengungkapan kasus ini berawal dari laporan yang diterima dari Lembaga Permasyarakatan Kemenkumham.
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa HS, seorang narapidana di Lapas Tarakan Kelas II, Kalimantan Utara, terus membuat onar dan terlibat dalam peredaran narkoba meski berada di dalam penjara.
Baca Juga:
Aksi Anarkis Sekelompok Pemuda Bersenjata Tajam di Gang Pasar Musi Depok Viral, Polisi Turun Tangan
"Kami mendapat laporan bahwa ada narapidana yang selalu membuat onar alias keributan di Lapas Tarakan Kelas II Provinsi Kalimantan Utara atas nama HS," ujar Wahyu, dikutip pada Kamis, 19 September 2024.
Hasil penyelidikan Dittipidnarkoba Bareskrim Polri menunjukkan bahwa Hendra, meskipun berada di balik jeruji besi, tetap mampu mengendalikan dan mengatur jaringan narkoba di Indonesia.
Jaringan ini mencakup wilayah Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi, Bali, dan Jawa Timur.
Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa Hendra sudah aktif sejak tahun 2017 dan berhasil menyelundupkan sekitar 7 ton sabu dari Malaysia ke Indonesia hingga tahun 2024.
Hendra ditangkap pada tahun 2020 dan divonis hukuman mati, tetapi melalui berbagai upaya hukum, hukumannya kemudian dikurangi menjadi 14 tahun.
Penyelidikan juga mengungkap bahwa selama waktu tersebut, Hendra bersama dengan beberapa tersangka lainnya, termasuk TR, MA, dan SJ, terlibat dalam pengelolaan uang hasil kejahatan, sementara CA, AA, NMY, RO, dan AY berperan dalam pencucian uang.
Polisi bekerja sama dengan PPATK untuk mengungkap adanya perputaran uang dalam jaringan Hendra yang mencapai Rp2,1 triliun dari tahun 2017 hingga 2024.
Sebagian besar uang hasil penjualan narkoba digunakan untuk membeli aset, yang berhasil disita dan bernilai sekitar Rp221 miliar.
Baca Juga:
Tragis! Bocah 7 Tahun Terjatuh dari Lantai 8 Apartemen di Tangerang, Begini Kronologinya
Barang bukti yang berhasil disita meliputi 44 bidang tanah dan bangunan, 21 unit kendaraan roda empat, 28 unit kendaraan roda dua, serta beberapa kapal, speedboat, jet ski, ATV, jam tangan mewah, uang tunai Rp1,2 miliar, dan deposito bank sebesar Rp500 juta.
Para tersangka dalam kasus ini dijerat dengan Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, juncto Pasal 10 UU No. 8 Tahun 2010.
Yakni tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Mereka terancam mendapat hukuman yang diperkirakan bisa mencapai 20 tahun penjara dan denda maksimal Rp20 miliar.
Pengungkapan kasus ini menunjukkan besarnya skala pencucian uang yang melibatkan jaringan narkoba internasional dan langkah-langkah tegas aparat penegak hukum dalam memberantasnya. (*/Shofia)