Internasional, gemasulawesi – Kantor Media Pemerintah di Jalur Gaza menyatakan otoritas kesehatan telah kembali membuka 2 rumah sakit di Kota Gaza.
Dalam pernyataannya pada tanggal 11 Juli 2024, Kantor Media Pemerintah mengatakan otoritas kesehatan telah memulai kembali operasi parsial di 2 fasilitas perawatan kesehatan di Kota Gaza bagian utara pada hari Kamis, tanggal 11 Juli 2024, waktu Palestina, setelah sebelumnya tidak dapat beroperasi.
“RS Arab al-Ahli, yang juga disebut dengan RS Balqis dan RS Layanan Umum kembali menerima warga Palestina yang sakit atau terluka dan kami menghargai upaya luar biasa dan hebat dari tim medis yang telah bekerja tanpa henti sejak dimulainya perang genosida untuk melayani rakyat Palestina” kata mereka.
Di sisi lain, mantan pejabat Shin Bet, Yossi Amrosi, telah memperingatkan jika pembebasan tahanan Palestina, Abdullah Barghoutti, yang merupakan seorang komandan Brigade Al-Qassam, dalam kesepakatan pertukaran tahanan apa pun akan sama saja dengan pembebasan ‘Sinwar yang lain’.
Dia menggambarkan Barghouti sebagai tahanan berbahaya dan menekankan bahwa penjajah Israel tidak boleh menerima pembebasannya dan juga mendefinisikannya sebagai ‘garis merah’.
Sementara itu, pesawat-pesawat pendudukan penjajah Israel dikabarkan telah menghancurkan 38 pabrik yang memproduksi beton siap pakai di Jalur Gaza, meluluhlantakkan isinya dan juga membuat pemiliknya tidak dapat memulihkannya.
Para tentara penjajah Israel menggunakan buldozer dan kemudian membakar fasilitas-fasilitas tersebut.
Salah satu pemilik perusahaan beton anonim mengatakan setiap peralatan adalah tantangan untuk pihaknya.
“Kami sebelumnya menghadapi tantangan dari penjajah Israel dalam proses penyediaan masukan yang diperlukan untuk membangun pabrik-pabrik ini dan proses responnya sangat lambat,” ujarnya.
Dia menambahkan perkiraan pihaknya menunjukkan bahwa biaya untuk membangun 1 pabrik berkisar antara 1-3 juta USD.
“Tergantung pada kapasitas operasional untuk menghasilkan kuantitas beton, di samping biaya yang terkait dengan pembelian peralatan untuk pabrik tersebut,” katanya.
Setiap pabrik beton sebelumnya mempekerjakan lebih dari 100 pekerja dan teknisi.
Kehancurannya telah mengakibatkan ribuan warga Palestina kehilangan penghasilan yang mereka andalkan untuk bertahan hidup. (*/Mey)