Internasional, gemasulawesi – Salah satu anak Palestina, Mahmoud Abdel Athim Al-Saafin, yang berusia 4 tahun menderita sakit yang luar biasa akibat serangan yang dilakukan oleh pasukan penjajah Israel di Jalur Gaza.
Menurut laporan, Mahmoud Abdel Athim Al-Saafin terbangun sambil menjerit kesakitan akibat luka bakar yang dideritanya dalam serangan penjajah Israel di sebuah sekolah tempat keluarganya berlindung di Jalur Gaza.
Hal tersebut disampaikan oleh ayah Mahmoud Abdel Athim Al-Saafin, Abdel Athim Al-Saafin.
Menurut laporan pada hari Selasa, tanggal 23 Juli 2024, adik perempuan Mahmoud Abdel Athim Al-Saafin yang berusia 2 tahun, Maysar, meninggal dalam serangan pada tanggal 14 Juli 2024, di Kamp Pengungsi Nuseirat.
“Tubuhnya terbakar sangat parah sehingga menyerupai ‘bongkahan batu bara’,” katanya.
Kedua sisi wajah Mahmoud Abdel Athim Al-Saafin terbakar dan kulitnya mentah serta merah muda dari kulit kepalanya hingga ke lehernya.
Kedua kakinya dan salah satu lengannya diperban seluruhnya saat dia berbaring di tempat tidur di bangsal rumah sakit yang penuh sesak.
Dia kemudian duduk di tempat tidur sambil bersandar pada bantal merah muda dan tampak kesakitan saat ayahnya mengipasi luka-lukanya dengan sepotong kotak kardus.
Ayahnya mengungkapkan obat pereda nyeri yang diberikan kepada anaknya hanya bertahan beberapa jam sebelum efeknya hilang.
“Kemudian kami memohon untuk disuntik diberi obat penenang atau obat pereda nyeri atau obat tidur agar anak itu dapat tidur,” ucapnya.
Ayah Mahmoud, Saafin, juga menerangkan serangan yang terjadi di tanggal 14 Juli 2024 lalu.
Dia menyampaikan dia telah membantu anak-anak yang terbakar oleh serangan rudal pertama saat serangan kedua mengakibatkan kehancuran besar-besaran.
“Saat kami mulai mengeluarkan anak-anak kami dari bawah reruntuhan, kami mendapati mereka semua terbakar,” jelasnya.
Saafin menuturkan Mahmoud melihat jasad adiknya dan mengatakan ‘adikku terbakar, ayah’.
Militer penjajah Israel menolak mengomentari pernyataan ayah Mahmoud.
Mereka menyatakan mereka melancarkan serangan untuk menargetkan para pejuang yang beroperasi di area sekolah itu dan mengambil tindakan pencegahan, termasuk menggunakan amunisi presisi untuk mengurangi korban sipil. (*/Mey)