Internasional, gemasulawesi – Buldozer penjajah Israel meratakan tanah milik keluarga Alian di Desa Beit Safafa di Tepi Barat menjelang rencana membangun bangunan pemukiman baru di tanah tersebut.
Diketahui jika peristiwa tersebut terjadi kemarin, tanggal 30 Juli 2024, waktu Palestina.
Keluarga itu menerangkan bahwa buldozer itu dikawal oleh pasukan penjajah Israel yang menyerbu tanah milik keluarga dan mulai mencabut pohon, sebagai persiapan untuk pekerjaan konstruksi di lokasi itu.
Baca Juga:
Dalam Serangan Gencar Penjajah Israel, UNRWA Laporkan Wabah Hepatitis di Seluruh Jalur Gaza
Anggota keluarga Alian berhadapan dengan pasukan pendudukan dan salah satu anggotanya, Ahmed Alian, terluka selama konfrontasi itu, sementara polisi memanggil anggota keluarga dan pemerintah kota untuk mendengarkan tuntutan mereka.
Keluarga Alian telah menderita selama beberapa tahun akibat berbagai upaya untuk mengambil alih kendali atas tanah mereka dengan berbagai dalih saat otoritas pendudukan penjajah Israel mencoba melaksanakan rencana pemukiman Givat Hamotzi.
Awal tahun 2024 ini, otoritas penjajah Israel menyita sebagian besar tanah keluarga itu dan membangun trotoar di atasnya.
Puluhan pohon buah dicabut untuk memberi jalan untuk jalan tersebut.
Keluarga Alian mempunyai lahan seluas 25 dunam atau 2,5 hektare dan mempunyai semua dokumen serta dokumen pendaftaran tanah untuk membuktikan kepemilikan.
Tetapi, otoritas pendudukan penjajah Israel membagi lahan itu tanpa sepengetahuan keluarga itu dan menyerahkan 0,7 hektare ke lokasi lain.
Meskipun keluarga itu telah berkali-kali berupaya agar pengadilan penjajah Israel menghentikan perluasan pemukiman di tanah mereka, keberatan mereka telah ditolak.
Akan tetapi, perintah penghentian pekerjaan telah dikeluarkan, namun perintah itu diabaikan oleh pasukan pendudukan yang terus melanjutkan pekerjaan penggalian dan pembangunan jalan di daerah itu.
Di sisi lain, putra seorang diplomat penjajah Israel yang didakwa menabrakkan sepeda motornya ke seorang polisi AS diberitahu oleh seorang hakim minggu lalu bahwa dia telah memenuhi persyaratan perjanjian pembelaannnya dan bebas berangkat ke penjajah Israel pada malam yang sama.
“Insiden itu adalah ‘peringatan penting’,” katanya kepada pengadilan setelah menulis surat permintaan maaf kepada polisi yang terluka, Ruben Zamora, pada bulan lalu.
Dia mengumumkan keputusannya untuk bertugas di tentara penjajah Israel. (*/Mey)