Nasional, gemasulawesi - KGPAA Hamangkunegoro, yang dikenal sebagai putra mahkota dari Kasunanan Surakarta Solo, baru-baru ini menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Hal ini terjadi setelah ia mengunggah sebuah pernyataan di Instagram story yang menyiratkan penyesalan atas bergabungnya Keraton Surakarta dengan Republik Indonesia.
Dalam unggahannya tersebut, KGPAA Hamangkunegoro menuliskan kalimat singkat namun penuh makna, "Nyesel gabung Republik."
Unggahan ini segera menarik perhatian publik setelah salah satu warganet menangkap layarnya dan mengunggahnya ulang melalui akun @helmi_stbd pada Kamis, 27 Februari 2025.
Tak butuh waktu lama, unggahan tersebut menjadi viral dan telah dilihat oleh lebih dari satu juta warganet.
Pernyataan dari putra mahkota Keraton Solo ini pun memicu berbagai spekulasi. Banyak yang menduga bahwa rasa penyesalan tersebut berkaitan dengan situasi politik dan ekonomi di Indonesia saat ini.
Salah satu faktor yang disorot adalah maraknya kasus korupsi yang terus terungkap dalam beberapa waktu terakhir.
Beberapa pihak mengaitkan unggahan tersebut dengan kekecewaan terhadap sistem pemerintahan, terutama setelah skandal korupsi minyak mentah Pertamina yang merugikan negara hingga ratusan triliun rupiah.
Meski demikian, tidak sedikit pula yang mempertanyakan motif di balik pernyataan KGPAA Hamangkunegoro tersebut.
Beberapa warganet bahkan memberikan tanggapan yang cukup serius terhadap unggahan yang telah menjadi viral tersebut.
"Waduh. Kalau pada nyesel gabung NKRI bisa kejadian tuh prediksi Pak Prabowo dulu 2030 Indonesia bubar..?" tulis seorang warganet dengan akun @K7_***.
Selain itu, ada pula yang menyoroti dampak dari unggahan KGPAA Hamangkunegoro.
Mengingat bahwa statusnya sebagai bagian dari keluarga kerajaan yang masih memiliki pengaruh di kalangan masyarakat.
"Dia paham ga sih postingan kaya gitu bisa aja dianggap makar dan dianggap benih separatis," tulis warganet lain dengan akun @hrh***.
Reaksi warganet yang beragam menunjukkan betapa sensitifnya pernyataan mengenai hubungan antara sistem kerajaan dan Republik Indonesia.
Beberapa pihak memahami bahwa ungkapan tersebut mungkin muncul dari rasa kecewa terhadap situasi yang ada, sementara yang lain menilai bahwa pernyataan semacam itu berisiko menimbulkan polemik yang lebih besar.
Sejauh ini, belum ada klarifikasi lebih lanjut dari KGPAA Hamangkunegoro terkait maksud dan alasan di balik unggahannya.
Namun, dengan semakin besarnya perhatian publik terhadap pernyataan tersebut, tak menutup kemungkinan akan ada tanggapan resmi dari pihak Keraton Surakarta dalam waktu dekat. (*/Risco)