Nasional, gemasulawesi - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menekankan bahwa peningkatan tajam produksi beras nasional membawa dampak positif yang signifikan.
Menurutnya, keberhasilan ini bukan hanya memperkuat ketahanan pangan dalam negeri, tetapi juga berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu, lonjakan produksi ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani secara merata di seluruh wilayah Indonesia.
"Produksi beras yang meningkat tajam turut memberi andil besar dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi negara," ujar Amran.
Baca Juga:
KPK Geledah Perusahaan Patungan RI-Jepang Terkait Dugaan Korupsi Pengadaan LNG di Pertamina
Di bawah kepemimpinan Menteri Andi Amran Sulaiman, Kementerian Pertanian berhasil mencatat berbagai pencapaian penting.
Salah satu capaian yang menonjol adalah terkait ketersediaan beras nasional.
Pada Juli 2025, stok beras nasional mencapai angka tertinggi dalam sejarah.
Total cadangan beras tercatat sebesar 4,2 juta ton, jumlah yang belum pernah dicapai sebelumnya.
Laporan terbaru dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) turut menyoroti kinerja produksi beras Indonesia.
Dalam laporan tersebut, USDA memperkirakan hasil panen beras Indonesia untuk musim tanam 2024/2025 akan mencapai 34,6 juta ton.
Angka ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Dengan capaian itu, Indonesia berada di posisi teratas dalam hal produksi beras di kawasan Asia Tenggara.
Baca Juga:
KPK Tetapkan Tersangka Korupsi di Perusahaan Patungan RI-Jepang PPT Energy Trading
Jumlah produksi ini bahkan melampaui negara-negara besar produsen beras lainnya seperti Thailand dan Vietnam.
Menteri Amran menyampaikan bahwa angka produksi tersebut bahkan telah melampaui target yang ditetapkan Kementerian Pertanian untuk tahun 2025, yakni sebesar 32 juta ton.
Hal itu ia sampaikan saat menerima kunjungan Prof. Hamid Fahmi Zarkasyi, seorang cendekiawan Muslim terkemuka.
Prof. Hamid juga menjabat sebagai Rektor Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor dalam pertemuan tersebut.
Baca Juga:
Pemprov DKI Didorong Segera Atur Transportasi Daring Lewat Regulasi Resmi
Menteri Pertanian Amran menyebutkan bahwa berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian menyumbang 10,52 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan pertama 2025 secara year-on-year.
Angka ini merupakan kontribusi tertinggi yang pernah dicapai sektor pertanian dalam sejarah.
Ia menambahkan, keberhasilan ini tak lepas dari peran serta banyak pihak, termasuk kalangan akademisi dan para pemikir.
Menurutnya, capaian tersebut menjadi bukti bahwa swasembada pangan bukan sekadar cerita masa lalu, melainkan cita-cita yang tengah diwujudkan kembali secara nyata.
“Komitmen terhadap kemandirian pangan, keberpihakan kepada petani, serta kebijakan yang langsung menyentuh kondisi di lapangan menjadi pondasi utama dalam membangun sektor pertanian yang berdaulat dan berkelanjutan,” ucap Amran.
Sementara itu, Rektor Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Prof. Hamid Fahmi Zarkasyi, menyampaikan bahwa capaian sektor pertanian di bawah kendali Menteri Amran melanjutkan keberhasilan swasembada pangan yang sempat diraih Indonesia pada era Presiden Soeharto.
“Pak Amran meneruskan apa yang dulu berhasil dicapai di masa Orde Baru, saat Indonesia sukses mencapai swasembada pangan,” ujar Prof. Hamid.
Ia juga menilai, kehadiran Menteri Amran membawa semangat baru bagi kebangkitan pertanian Indonesia, khususnya dalam menghadapi derasnya arus industrialisasi yang berpotensi menggeser peran petani.
Baca Juga:
Yusril Tegaskan Amnesti dan Abolisi untuk Hasto dan Tom Lembong Sesuai UU
“Beliau menjadi simbol harapan masyarakat agar pertanian tidak tenggelam di tengah derasnya industrialisasi. Kami ingin petani tetap hidup sejahtera, dan masyarakat bisa menikmati hasil panen dengan layak,” ungkapnya.
Prof. Hamid juga memuji sejumlah kebijakan Kementerian Pertanian yang dinilainya sebagai langkah terobosan yang layak mendapat dukungan luas dari masyarakat.
“Kami akan terus berada di belakang beliau. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh sangat penting, meskipun di lapangan pasti banyak tantangan, mengingat masyarakat sedang menghadapi perubahan yang cukup besar,” tutupnya. (*/Zahra)