Nasional, gemasulawesi - Dr. Yulius Roni, Kepala Puskesmas Sumberagung, memberikan tanggapan terkait kasus viral di media sosial tentang seorang ibu yang melahirkan di dalam mobil di Kabupaten Banyuwangi.
Kejadian yang menimpa seorang ibu di Banyuwangi ini menjadi perhatian publik karena menunjukkan urgensi dan kompleksitas dalam penanganan situasi persalinan di luar fasilitas medis yang direncanakan.
Dalam penjelasannya, dr. Roni menegaskan bahwa ibu hamil di Banyuwangi tersebut telah mendapat perawatan rutin selama kehamilan di puskesmas dan pustu setempat.
Ia juga mengatakan jika ibu tersebut diperkirakan akan lahiran pada bulan Agustus.
Meskipun demikian, ibu mulai merasakan gejala persalinan yang mendesak, termasuk nyeri perut dan pecahnya ketuban di dalam perjalanan menuju Rumah Bersalin Sarongan.
"Bayi diperkirakan akan lahir awal Agustus, jadi persalinannya dipercepat, dan saat hendak melahirkan posisi bayi masih di rumah," kata dr. Roni.
Dr. Roni juga mengungkap jika bidan yang bertugas pada saat itu sedang terlibat dalam kegiatan komunitas di desa sekitar.
"Saat itu bidan jaga yang bertugas sedang mengikuti kegiatan lansia di Dusun Pancer dan bidan lainnya melakukan pemeriksaan kesehatan di wilayah binaannya," tegasnya.
Lebih lanjut dr. Roni menjelaskan detail kronologi persalinan tersebut.
Pada pukul 07.00 pagi, ibu hamil dari Dusun Sumberdadi, Desa Kandangan, mulai merasakan nyeri perut sebagai tanda awal persalinan.
Ketuban pecah kemudian terjadi sekitar pukul 09.50 saat mereka dalam perjalanan menuju Rumah Bersalin Sarongan, tempat yang direncanakan untuk proses persalinan.
Ketika tiba di rumah bersalin pada pukul 10.09 dalam kondisi darurat, ibu masih dalam proses persalinan di dalam mobil, dan plasenta belum sepenuhnya lahir.
Perawat jaga segera menghubungi semua bidan yang bertugas di sekitar wilayah tersebut pada pukul 10.11 untuk meminta bantuan.
Beberapa bidan tiba di rumah bersalin sekitar pukul 10.20 dan langsung melakukan evaluasi kondisi ibu dan bayi.
Mereka memberikan perawatan medis yang diperlukan, termasuk menangani kelahiran plasenta yang belum lengkap.
Proses kelahiran selesai pada pukul 10.30 setelah plasenta berhasil lahir dengan lengkap.
Selanjutnya, bidan melakukan penjahitan pada robekan jalan lahir dan memberikan perawatan pasca persalinan untuk memastikan ibu dan bayi dalam kondisi stabil.
Proses kelahiran berlanjut dengan baik, dan bayi yang lahir dengan berat 3,5 kg dalam kondisi sehat.
Dr. Roni menekankan bahwa meskipun terjadi di luar fasilitas medis yang direncanakan, tim medis dari puskesmas dan bidan-bidan lokal telah bekerja secara efektif untuk memastikan kelahiran berjalan dengan aman dan bayi serta ibu dalam kondisi sehat.
Respons cepat dan keterlibatan tim medis terbukti sangat penting dalam menangani kejadian darurat seperti ini dengan tepat waktu dan profesionalisme.
Kepala Puskesmas juga menggarisbawahi pentingnya persiapan dan kesiapan dalam menghadapi situasi medis yang tidak terduga selama proses persalinan.
Meskipun kejadian ini awalnya mengejutkan, ia berharap agar masyarakat dapat mengambil pelajaran tentang pentingnya pengetahuan tentang tanda-tanda awal persalinan dan rencana darurat dalam situasi yang serupa. (*/Shofia)