Nasional, gemasulawesi - Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menyampaikan bahwa peluncuran buku Sejarah Indonesia dijadwalkan berlangsung pada bulan Oktober mendatang.
“Proses penulisannya sudah rampung, namun kami menargetkan peluncurannya pada bulan Oktober,” kata Fadli usai menghadiri diskusi publik.
Fadli mengungkapkan bahwa penulisan ulang buku Sejarah Indonesia telah melalui proses pengumpulan masukan dari berbagai pihak.
Masukan tersebut diperoleh melalui rangkaian diskusi publik yang diselenggarakan di sejumlah daerah.
Baca Juga:
DPR Dorong Perbaikan Tata Kelola Daerah untuk Tingkatkan Produktivitas Ekonomi
Beberapa lokasi pelaksanaan diskusi tersebut antara lain Universitas Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat di Banjarmasin, Universitas Padang, serta Universitas Hasanuddin di Makassar.
Ia menuturkan bahwa ke depan akan diadakan diskusi kelompok khusus yang melibatkan para pemerhati sejarah di luar tim penulis maupun editor buku tersebut.
“Setelah itu, kami juga berencana mengadakan pemaparan terbuka mengenai buku tersebut,” ujarnya.
Fadli mengungkapkan bahwa salah satu penyebab buku ini belum bisa diluncurkan bertepatan dengan perayaan HUT ke-80 RI adalah lamanya proses penyuntingan.
Baca Juga:
DPRD DKI Setujui Kenaikan APBD 2026 dan Dukungan PSO untuk Transportasi Umum
Ia menambahkan, tahapan penyuntingan tersebut memang memerlukan waktu yang tidak singkat untuk memastikan hasilnya maksimal.
Selain itu, adanya beragam masukan tambahan juga menjadi faktor yang membuat waktu pengerjaan menjadi lebih panjang.
Kementerian Kebudayaan menargetkan penyusunan ulang buku sejarah Indonesia rampung pada Agustus 2025.
Menteri Kebudayaan menjelaskan, proses pembaruan buku ini melibatkan 113 penulis, 20 editor untuk setiap jilid, serta tiga editor utama yang berasal dari kalangan sejarawan dan akademisi di bidang arkeologi, geografi, sejarah, dan berbagai disiplin ilmu humaniora lainnya.
Baca Juga:
KPK Selidiki Dugaan Korupsi Dana CSR BI dan OJK Terkait Persetujuan Anggaran
Fadli Zon turut menginformasikan bahwa pemerintah menyiapkan anggaran sekitar Rp9 miliar untuk merevisi dan memperbarui buku sejarah Indonesia tersebut.
"Saya tidak ingat persis berapa besar anggarannya, tapi sepertinya tidak terlalu besar. Kalau tidak salah, catatannya sekitar Rp9 miliar," ujar Fadli.
Ia menegaskan bahwa penyusunan ulang buku sejarah ini akan dilakukan secara inklusif dengan mengutamakan sudut pandang Indonesia sentris.
Cakupan pembahasannya meliputi periode awal sejarah Indonesia, masa kolonial, perjuangan kemerdekaan, era reformasi, hingga pelaksanaan pemilu.
Baca Juga:
Bupati Parigi Moutong Tegaskan Tidak Boleh DPA Diserahkan Tanpa Mekanisme Resmi
“Jadi, kami ingin sejarah ini ditulis secara inklusif dengan perspektif Indonesia. Kalau dilihat dari kacamata Belanda, mereka mungkin tidak menganggap ada penjajahan di sini, pandangan mereka tentu berbeda,” ujar Fadli. (*/Zahra)