Nasional, gemasulawesi - Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan akan diterapkan untuk memetakan calon peserta didik sebagai salah satu alat pendukung dalam pelaksanaan Sekolah Rakyat.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Prof. M. Nuh selaku Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, dalam pernyataannya di kantor Kementerian Sosial, Jakarta.
"Alhamdulillah, kami dipertemukan dengan seorang tokoh yang memberikan masukan mengenai sebuah sistem yang bila diterapkan dapat memberikan efisiensi dari segi biaya, tenaga, dan waktu yakni pemetaan talenta yang didukung oleh kecerdasan buatan," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa penggunaan instrumen itu didasarkan pada pemikiran sederhana. Baginya, setiap manusia adalah ciptaan Tuhan yang tidak pernah sia-sia, dan pasti memiliki kelebihan masing-masing.
“Dulu, sangat jarang atau bahkan sulit untuk mengetahui keunggulan spesifik yang dimiliki setiap anak,” ujarnya.
Prof. Nuh kemudian memberi analogi dari dunia medis, di mana seseorang yang mengeluh sakit kepala biasanya langsung diberi obat generik, padahal kondisi setiap orang itu berbeda dan seharusnya mendapat penanganan yang sesuai dengan kebutuhannya.
“Hal serupa juga terjadi di dunia pendidikan. Dalam satu kelas yang berisi 30 siswa, materi yang diberikan sama semua, padahal setiap anak memiliki sifat dan keunikan masing-masing,” ujarnya.
Ia menambahkan, selama ini proses untuk memahami karakter dan potensi anak memerlukan waktu serta biaya yang tidak sedikit.
Kini, menurutnya, Ary Ginanjar telah menyiapkan sebuah perangkat yang dapat membantu memetakan potensi dan karakter anak-anak di Sekolah Rakyat.
“Dalam waktu yang relatif singkat, efisiensi biayanya sangat baik dan dampaknya pun sangat signifikan,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa setiap siswa di Sekolah Rakyat akan melalui proses pemetaan potensi dan bakat, agar pembinaan yang diberikan bisa lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
“Saya beri contoh begini: seekor sapi, sekuat dan sekaya apa pun, mungkin mampu mengangkat beban sampai seribu kilo, tapi kalau disuruh terbang, jelas tak sanggup. Sebaliknya, burung pipit tak kuat membawa beban berat, tapi kalau disuruh terbang, langsung melesat,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya mengidentifikasi bakat setiap anak di Sekolah Rakyat secara lebih mendalam.
Menurutnya, pemetaan tidak cukup berhenti di empat kuadran umum saja, melainkan harus dilihat lebih rinci agar potensi tiap individu benar-benar tergambarkan.
“Kita berharap, anak-anak Sekolah Rakyat yang sudah terlalu lama berada dalam kondisi sulit itu, akan tumbuh dorongan kuat dari dalam diri mereka untuk segera bangkit dan keluar dari situasi tersebut,” ujarnya.
Ia menyampaikan rasa syukurnya karena Ary Ginanjar bersedia membuka akses bagi Sekolah Rakyat untuk menggunakan sistem yang telah dikembangkan.
Langkah ini menunjukkan kepercayaan Ary bahwa anak-anak dari Sekolah Rakyat memiliki potensi luar biasa yang layak untuk dikembangkan.
“Ini adalah sistem pertama yang ditawarkan Pak Ary, belum diterapkan di tempat lain, dan beliau mempersilakan langsung untuk digunakan di Sekolah Rakyat,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Sosial Saifullah Yusuf memastikan bahwa proses pembelajaran di 100 titik awal Sekolah Rakyat akan dimulai pada 14 Juli 2025.
Ia menambahkan bahwa sekolah ini akan dibekali dengan berbagai perangkat pendukung, termasuk alat untuk memetakan karakter dan potensi peserta didik.
“Hari ini, Pak Nuh mengajak sahabatnya, Pak Ary Ginanjar, untuk berdiskusi bersama kita terkait beberapa hal penting,” ujar Saifullah.
Ia menjelaskan bahwa saat ini Sekolah Rakyat sedang berada di tahap akhir proses perekrutan guru, tenaga kependidikan, serta penyusunan kurikulum.
Kurikulum tersebut disusun oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dan sudah hampir rampung.
Meski begitu, menurutnya, kurikulum itu perlu ditunjang dengan modul dan instrumen lainnya agar proses pembelajaran bisa benar-benar sesuai dengan kebutuhan siswa.
Baca Juga:
KPK Lantik Delapan Pegawai Baru, Dorong Kepemimpinan dan Integritas dalam Pemberantasan Korupsi
Gus Ipul juga menegaskan bahwa tidak ada tes akademik dalam proses penerimaan siswa di Sekolah Rakyat.
Para calon peserta hanya perlu memenuhi persyaratan administrasi dan akan menjalani pemeriksaan kesehatan.
“Kalau ditemukan siswa yang mengidap penyakit menular, akan langsung ditangani dengan pendekatan medis melalui kerja sama dengan Kementerian Kesehatan,” jelasnya.
Untuk memetakan potensi siswa, Kemensos menggunakan aplikasi Manajemen Talenta.
Aplikasi ini dapat memetakan berbagai aspek, mulai dari potensi diri, gaya belajar, minat karier dan jurusan, kemampuan bersosialisasi, kecenderungan ekstrakurikuler, kebutuhan emosional, hingga perencanaan pengembangan diri.
“Hari ini kita berdiskusi, dan alhamdulillah banyak masukan datang dari berbagai pihak,” ucapnya.
Sementara itu, Ary Ginanjar sebagai pendiri ESQ Corp memuji kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang menghapuskan tes akademik dalam penerimaan siswa Sekolah Rakyat.
Ia menyebut kebijakan ini sebagai terobosan yang mengejutkan, bukan hanya bagi Indonesia, tapi juga dunia internasional.
Baca Juga:
Indonesia dan Thailand Perkuat Kemitraan AI dan Ekonomi Digital Berbasis Nilai Asia
“Selama ini kita cenderung hanya menilai IQ atau latar belakang pendidikan formal,” katanya.
Menurut Ary, dengan pemetaan berbasis kecerdasan buatan, potensi anak bisa dikenali lebih spesifik, termasuk di bidang apa keunggulannya.
Ia mencontohkan banyak tokoh bernama Rudi di Indonesiaseperti Rudi Hadisuwarno, Rudi Chaerudin, dan Rudi Hartono yang sukses di bidang berbeda.
“Artinya, meskipun namanya sama, potensi mereka berbeda. Dan nantinya, anak-anak Sekolah Rakyat akan dikenali sejak awal potensinya, begitu juga dengan para gurunya,” jelasnya.
Ary menambahkan, berdasarkan riset dari University of Nebraska, pemetaan semacam ini bisa meningkatkan potensi anak hingga 744 persen.
Ia berharap, Sekolah Rakyat bisa menjadi tempat lahirnya generasi emas Indonesia 2045. (*/Zahra)