Nasional, gemasulawesi - Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, menekankan bahwa penyaluran beras impor dilakukan dengan cermat.
Stok beras yang disimpan di gudang BUMN pangan tersebut dikeluarkan sesuai urutan penyimpanan.
Sistem FIFO (first in first out) diterapkan agar mutu tetap terjaga dan beras tidak mengalami kerusakan.
“Semua sudah berjalan sesuai prosedur, dan saat ini memang masih dalam proses. Kita menerapkan sistem pergudangan FIFO, first in first out,” ujar Rizal.
Baca Juga:
Angga Raka Prabowo: Pemerintah Dorong Platform Medsos Perangi Hoaks AI untuk Lindungi Demokrasi
Ia menegaskan bahwa sebelum dilepas ke pasaran, beras impor harus melalui pemeriksaan ketat.
Proses pengecekan itu mencakup aspek kebersihan, kemungkinan adanya kutu, hingga uji kelayakan konsumsi.
Langkah tersebut dilakukan untuk memastikan beras benar-benar aman dan layak dikonsumsi masyarakat.
“Kalau beras tidak segera disalurkan bisa rusak atau busuk, dan tentu negara yang akan rugi. Karena itu harus dikeluarkan, tapi sebelumnya dicek dulu kebersihannya, diperiksa apakah ada kutu, serta dipastikan bebas kuman. Semua tahapan itu dilakukan,” ucapnya.
Baca Juga:
Warga Pati Desak KPK Tetapkan Bupati Sudewo sebagai Tersangka Kasus Korupsi Proyek Kereta Api
Usai melalui tahap pemeriksaan, beras akan dibersihkan dan dikemas dengan rapi.
Selanjutnya, beras tersebut disalurkan lewat beragam skema distribusi, mulai dari bantuan pangan hingga program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Direktur Utama Bulog menyampaikan bahwa sebagian besar beras impor telah disalurkan melalui berbagai jalur distribusi.
Akibatnya, stok yang tersisa di gudang kini hanya sedikit dan terus diawasi dengan ketat.
Baca Juga:
PLN Siagakan 130 Petugas untuk Pastikan Kelancaran Listrik di F1 Powerboat Danau Toba 2025
“Sekarang sebagian besar beras itu sudah beredar di pasaran. Sisa di gudang tinggal sedikit karena banyak yang dipakai untuk bantuan pangan dan program SPHP,” ujarnya.
Penyaluran beras impor memang diprioritaskan agar tidak menumpuk di gudang sekaligus menjaga kestabilan harga beras di pasaran, sesuai arahan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan kebutuhan masyarakat.
Kendati demikian, Rizal belum merinci berapa banyak stok beras impor yang masih tersisa di gudang Perum Bulog.
“Jumlah pastinya berapa, nanti saya cek dulu ya. Kalau sudah ada datanya akan saya sampaikan,” ucapnya.
Bulog menegaskan bahwa tugasnya hanya melaksanakan kebijakan pemerintah.
Penentuan asal beras bukan kewenangannya, sehingga seluruh penyaluran beras impor mengikuti arahan Bapanas dan kementerian terkait.
Bulog menegaskan komitmennya untuk menyalurkan beras impor sesuai aturan dengan mengedepankan transparansi dan tata kelola yang baik.
Langkah ini dilakukan demi menjaga mutu sekaligus memastikan pasokan pangan nasional tetap stabil dan berkelanjutan.
Baca Juga:
CekSumber, Layanan Chatbot AI di WhatsApp untuk Lawan Hoaks dan Verifikasi Informasi
Sebelumnya, Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi atau yang dikenal sebagai Titiek Soeharto, menyoroti lambatnya penyaluran stok beras impor dari gudang Bulog.
Ia menekankan pentingnya penerapan prinsip first in, first out (FIFO), agar beras yang lebih dulu disimpan segera disalurkan ke masyarakat sebelum kualitasnya menurun.
Ia menyampaikan hal tersebut dalam rapat kerja bersama Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional (Bapanas), dan Perum Bulog di Jakarta pada Kamis (21/8).
Dalam kesempatan itu, ia menyoroti kebijakan Bulog yang menahan stok lama di gudang, sementara beras yang baru justru lebih dulu disalurkan.
Baca Juga:
Gubernur Jabar Usulkan Pemindahan Industri Pertahanan ke Kawasan BIJB Kertajati
Karena itu, ia mendesak agar Bulog mengutamakan penyaluran stok lama sebelum kualitasnya semakin menurun.
“Kenapa harus ditahan, Pak? Tolong ini jadi perhatian untuk manajemen perputaran stok Bulog. Prinsipnya first in, first out, jangan sampai yang baru masuk malah lebih dulu dikeluarkan,” ujar Titiek. (*/Zahra)